Sejarah Perkembangan Ilmu Komunikasi - Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Istilah komunikasi merupakan fenomena sosial, kemudian menjadi ilmu yang secara akademik berdisiplin mandiri. Dewasa ini, ilmu ini dianggap penting sehubungan dengan dampak sosial yang menjadi kendala kemaslahatan umat manusia akibat perkembangan teknologi. Di sisi lain, tuntutan perkembangan industri akan informasi sangat berkembang cepat, sehingga menuntut akan adanya manusia-manusia yang memiliki wawasan dan kemampuan dalam bidang ini.
Berkaitan dengan ini, Onong Uchana Effendy (2000: 2-14) membagi perkembangan ilmu komunikasi ke tiga perkembangan yaitu Retorika, Publisistik Wissenchaft, dan Communication Science. Perkembangan ilmu komunikasi yang pertama dimulai dengan berkembangannya retorika. Retorika merupakan salah satu ilmu yang sudah berkembang sejak zaman Yunani Kuno, meskipun belum dinilai sebagai ilmu, retorika sudah mengkaji fenomena atau gejala komunikasi antarmanusia secara lisan dan tatap muka baik bentuk dialog maupun di depan khalayak ramai. Retorika ini berkembang dipelopori oleh beberapa ahli ilmu dan filsafat Yunani seperti Georgias (480-370), Protagoras (500-322) dan Socrates (469-399). Puncak perkembangan retorika sebagai ilmu ditandai dengan munculnya Demosthenes (384-322) dan Aristotels. Hingga kini teori-teorinya masih dijadikan bahan kuliah di sebagian besar perguruan tinggi yang mempelajari ilmu komunikasi khususnya komunikasi publik (pubic speaking).
Perkembangan komunikasi berikutnya dikenal dengan istilah Publisistik Wissenchaft. istilah ini muncul dari hasil telaah para ahli terhadap perkembangan dan pengaruh surat kabar sekitar abad 19. Ilmu ini berkembang di beberapa negara seperti di Inggris "science of the press" di Prancis "science de la press", di Belanda "dagbladwtenschap" dan Jerman "zeitungswissenschaft" yang kesemuanya berarti "ilmu persuratkabaran". Jauh sebelum bangsa barat menggunakan kerta, orang berkebangsaan Cina Ts'ai Lun pada tahun 105 M sudah menggunakan kertas sebagai dasar untuk media tulis menulis. Kemudian perkembangan ilmu bergeser dan berkembang luas setelah Johanes Gutenberg (1400-1468) seorang berkebangsaan Jerman menemukan mesin cetak, yang mampu melipatgandakan tulisan tercetak. Baru pada tahun 1609 surat kabar pertama dalam sejarah muncul di Jerman dengan nama "Avisa Relation Order Zeitung" disusul oleh "Weekly News" di Inggris tahun 1622.
Jika retorika sebagai ilmu pertama mengenai peryataan antarmanusia yang berkembang di Yunani dan Romawi, dilanjutkan menuju Jerman menjadi Publisistik Wissenschaft yang disingkat Publisistik, maka perkembangan ilmu komunikasi mengarah ke Amerika Serikat. Di negara ini berkembang menjadi communication science. Ilmu ini pada dasarnya berasal dari aspek persuratkabaran yaitu journalism atau jurnalistik. Karena tidak hanya sekedar menyebarkan informasi hasil kegiatan jurnalistik semata, tapi juga berbagai informasi dan hiburan maka disebut "mass media communication" atau disingkat "masscommunication". Para pakar komunikasi menganggap media komunikasi massa surat kabar, radio, televisi dan film tidak memiliki ciri-ciri media lain seperti poster, pamflet, surat, telepon dan lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya istilah komunikasi massa dianggap tidak tepat lagi, karena komunikasi tidak hanya merupakan satu dimensi saja dan prosesnya yang seraha. Pengambilan keputusan banyak dilakukan atas dasar komunikasi antarpribadi secara tatap muka. Jaadi ilmu ini tidak hanya membahas komunikasi massa (masscommunication science) melainkan ilmu komunikasi (communication science) yang lebih luas menelaah komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi antarbudaya dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya.
Untuk memahami sejarah perkembangan ilmu komunikasi secara lebih lengkap, maka perkembangannya dapat dibagi dalam empat periode (Sendjaja, 2001: 21). Pertama, periode "tradisi retorika" yang dimulai sejak zaman Yunani Kuno. Kedua, periode antara tahun 1900 samapai Perang Dunia II yang dapat disebut sebagai periode pertumbuhan. Periode ini umumnya disebut sebagai periode konsolidasi, Dan periode keempat adalah periode teknologi komunikasi yang dimulai dari tahun 1960-an sampai sekarang. Tiap periode masing-masing memberikan karakteristik sendiri terhadap penekanan bidang studi dan konteks peristiwa komunikasi yang diamati. Berikut ini adalah uraian singkat mengenai kondisi dan perkembangan ilmu komunikasi untuk setiap periode.
Jika retorika sebagai ilmu pertama mengenai peryataan antarmanusia yang berkembang di Yunani dan Romawi, dilanjutkan menuju Jerman menjadi Publisistik Wissenschaft yang disingkat Publisistik, maka perkembangan ilmu komunikasi mengarah ke Amerika Serikat. Di negara ini berkembang menjadi communication science. Ilmu ini pada dasarnya berasal dari aspek persuratkabaran yaitu journalism atau jurnalistik. Karena tidak hanya sekedar menyebarkan informasi hasil kegiatan jurnalistik semata, tapi juga berbagai informasi dan hiburan maka disebut "mass media communication" atau disingkat "masscommunication". Para pakar komunikasi menganggap media komunikasi massa surat kabar, radio, televisi dan film tidak memiliki ciri-ciri media lain seperti poster, pamflet, surat, telepon dan lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya istilah komunikasi massa dianggap tidak tepat lagi, karena komunikasi tidak hanya merupakan satu dimensi saja dan prosesnya yang seraha. Pengambilan keputusan banyak dilakukan atas dasar komunikasi antarpribadi secara tatap muka. Jaadi ilmu ini tidak hanya membahas komunikasi massa (masscommunication science) melainkan ilmu komunikasi (communication science) yang lebih luas menelaah komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi antarbudaya dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya.
Untuk memahami sejarah perkembangan ilmu komunikasi secara lebih lengkap, maka perkembangannya dapat dibagi dalam empat periode (Sendjaja, 2001: 21). Pertama, periode "tradisi retorika" yang dimulai sejak zaman Yunani Kuno. Kedua, periode antara tahun 1900 samapai Perang Dunia II yang dapat disebut sebagai periode pertumbuhan. Periode ini umumnya disebut sebagai periode konsolidasi, Dan periode keempat adalah periode teknologi komunikasi yang dimulai dari tahun 1960-an sampai sekarang. Tiap periode masing-masing memberikan karakteristik sendiri terhadap penekanan bidang studi dan konteks peristiwa komunikasi yang diamati. Berikut ini adalah uraian singkat mengenai kondisi dan perkembangan ilmu komunikasi untuk setiap periode.
a. Periode tradisi retorika
Perkembangan munculnya ilmu komunikasi dapat ditelusuri sejak peradaban Yunani Kuno beberapa ratus tahun lalu sebelum masehi. Sebutan "komunikasi" dalam konteks arti yang berlaku sekarang ini memang belum dikenal saat itu. Istilah yang berlaku pada zaman itu adalah "retorika". Para ahli berpendapat bahwa studi retorika sebenarnya telah ada sebelum Yunani. Disebutkan bahwa pada zaman kebudayaan Mesir Kuno telah ada tokoh-tokoh retorika seperti Kagemni dan Ptha-Hotep. Namun demikian tradisi retorika sebagai upaya pengkajian yang sistematisa dan terorganisasi baru dilakukan di zaman Yunani Kuno dengan perintisnya Aristoteles.
Pokok-pokok pikiran Aristoteles ini kemudian dikembangkan lagi oleh Cicero dan Quintilian. Mereka menyusun aturan retorika yang meliputi lima unsur;
- "inventio" (urutan argumentasi)
- "desposito" (pengaturan ide)
- "eloquito" (gaya bahasa)
- "memoria" (ingatan)
- "pronunciatio" (cara penyampaian pesan)
Kelima unsur ini, Menurut Quintilian dan Cicero merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan upaya persuasi yang dilakukan seseorang. Tokoh-tokoh retorika lainnya yang dikenal di zaman itu adalah Coraz, Socrates dan Plato. Dalam abad pertengahan studi retorika ini secara institusional semakin mapan, khususnya di negara-negara Inggris, Prancis dan Jerman. Tokoh-tokohnya yang terkemuka pada masa ini antara lain Thomas Wilson, Francis Bacon, Rene Descartes, John Lock dan David Hume.
Di akhir abad ke-18 prinsip-prinsip retorika yang dikemukakan oleh Aristoteles, Cicero dan Quintilian ini, kemudian menjadi dasar bagi bidang kajian speech communication (komunikasi ujaran) dan "rethoric". Retorika tidak lagi diartikan secara sempit sebagai upaya persuasi. Pengeertian retorika sekarang ini merujuk pada "kemampuan manusia menggunakan lambang-lambang untuk berkomunikasi satu sama lainnya".
b. Periode pertumbuhan
Pertumbuhan ilmu komunikasi sebagai salah satu disiplin ilmu sosial barangkali dapat dikatakan dimulai pada awal abad ke-19. Sedikitnya pada tiga perkembangan penting yang terjadi pada masa ini. Pertama adalah penemuan-penemuan teknologikomunikasi seperti telepon, telegraf, radio, TV dll. Kedua, proses industrialisasi dan modernisasi yang terjadi di negara-negara Eropa Barat dan Amerika. Ketiga, pecahnya Perang Dunia I dan II.
Semua perunbahan ini memberi bentuk dan arah kepada bidang kajian ilmu komunikasi yang terjadi di masa ini. Secara umum bidang-bidang studi komunikasi yang berkembang pada periode ini meliputi hubungan komunikasi dengan institusi dan masalah-masalah politis kenegaraan, peranan komunikasi dalam kehidupan sosial, analisis psikologi sosial komunikasi, komunikasi dan pendidikan, propaganda dan penelitian komunikasi komersial.
Pada masa itu, bidang kajian komunikasi dan kehidupan sosial mulai berkembang sejalan dengan proses modernisasi yang terjadi. Diasumsikan bahwa komunikasi mempunyai peranan dan kontribusi yang nyata terhadap perubahan sosial. Penelitian -penelitian empiris dan kuantitatif mulai banyak dilakukan dalam mengamati proses dan pengaruh komunikasi. Di bidang pengkajian komunikasi dan pendidikan misalnya, aspek-aspek yang diteliti mencakup penggunaan teknologi baru dalam pendidikan formal, keterampilan komunikasi, strategi komunikasi instruksional, serta "reading and listening". Sementara di bidang penelitian komunikasi komersial, dampak iklan terhadap khalayak serta aspek-aspek lainnya yang menyangkut industri media mulaiberkembang sejalan dengan tumbuhnya industri periklanan dan penyiaran (broadcasting).
Pikiran-pikiran baru tentang komunikasi yang terjadi pada saat ini, langsung atau tidak langsung juga dipengaruhi oleh gagasan-gagasan para ahli ilmu sosial Eropa. Pada masa itu (menjelang akhir abad ke-18) universitas-universitas di Eropa, terutama di Jerman dan Prancis merupakan pusat intelektual terkemuka di dunia. Pokok-pokok pikiran dari Max Weber, Aguste Comte, Emile Durkheim dan Sir Herbert Spenser dipandang punya pengaruh terhadap pengembangan teori-teori komunikasi yang terjadi pada periode ini. Tokoh-tokoh ilmuan Eropa lainnya yang dianggap punya andil besar adalah Grabriel Terde dan George Simmel.
c. Periode konsolidasi
Periode setelah Perang Dunia II sampai tahun 1960-an disebut sebagai periode konsolidasi. Karena pada masa ini konsolidasi pendekatan ilmu komunikasi sebagai suatu ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner (mencakup berbagai ilmu) mulai terjadi. Kristalisasi ilmu komunikasi ditandai oleh tiga hal. Pertama, adanya adopsi perbendaharaan istilah-istilah yang dipakai sevara seragam. Kedua, munculnya buku-buku dasar yang membahasa tentang pengertian dan proses komunikasi. Ketiga, adanya konsep-konsep baku tentang dasar-dasar proses komunikasi. Pendekatan komunikasi telah menjadi suatu pendekatan yang listas disipliner dalam arti mencakup berbagai disiplin ilmu lainnya, karena disadari bahwa komunikasi merupakan suatu proses sosial yang kompleks.
Ada beberapa tokoh yang punya andil besar dalam periode ini. Mereka adalah Claude E. Shannon, Harold D. Laswell, Kurt Lewin, Carl I. Hovland, Paul F. Lazarsfeld dan Wilbur Schramm, Mereka ini adalah sebagai "the founding fathers" (para pendiri atau perintis) ilmu komunikasi. Disebut demikian karena pokok-pokok pikiran mereka dipandang sebagai landasan bagi pengembangan teori-teori komunikasi. Wilbur Schramm sendiri dapat dinilai sebagai "institusionalizer" yakni yang merintis upaya pelembagaan pendidikan komunikasi sebagai bidang kajian akademis. Karena jasanyalah pengembanagn bidang kajian komunikasi menjadi suato disiplin ilmu sosial yang mapan dan melembaga. "Institute of Communication Research" yang didirikan Schramm di Illonis pada tahun 1947, merupakan lembaga pendidikan tinggi ilmu komunikasi yang pertama di Amerika Serikat.
Istilah "Mass Communication" (komunikasi massa) dan "Communication Research" (penelitian komunikasi) mulai banyak digunakan. Cakupan bidang studi komunikasimulai diperjelas dan dibagi dalam empat bidang tataran: komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok dan organisasi dan komunikasi makro-sosial serta komunikasi massa. Lebih lanjut, sejalan dengan kegiatan pembangunan yang terjadi di seluruh negara, termasuk negara-negara berkembang, studi-studi kasus tentang peranan dan kontribusi komunikasi dalam proses perubahan sosial dan difusi inovasi juga mulai banyak dilakukan.
d. Periode teknologi komunikasi
Sejak tahun 1960-an perkembangan ilmu komunikasi semakin kompleks dan mengarah pada spesialisasi. Secara institusional kepesatan perkembangan ilmu komunikasi pada masa sekarang ini antara lain tercermin dalam beberapa indikator sebagai berikut: (1) jumlah universitas yang menyelenggarakan program pendidikan komunikasi semakin banyak dan tidak hanya terbatas di negara-negara maju seperti AS, tetapi juga negara-negara berkembang di Asia, Ameriak Latin dan Afrika; (2) asosiasi-asosiasi profesional di bidang ilmu komunikasi juga semakin banyak tidak saja dalam jumlah nya tetapi juga cakupan keanggotaannya yang regional dan internasional, dan (3) semakin banyaknya pusat-pusat penelitian dan pengembangan komunikasi.
Dalam bidang komunikasi, kemajuan disiplin komunikasi ini juga tercermin dengan (1) semakin banyaknya literatur komunikasi seperti buku-buku, jurnal-jurnal, hasil-hasil penelitian ilmiah maupun terapan, monografs dan bentuk-bentuk penerbitanlainnya, (2) semakin beragamnya bidang-bidang studi spesialisasi komunikasi, serta (3) semakin banyaknya teori-teori dan model-model tentang komunikasi yang dihasilkan para ahli. Sebagai gambaran, hingga saat ini terdapat lebih dari 126 definisi, lebih dari 50 teori dan model tentang komunikasi (Sendjaja, 2001: 23).
Periode masa sekarang juga disebut sebagai periode teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai oleh beberapa faktor sebagai berikut: (1) kemajuan teknologi komunikasi dan informasi seperti komputer, VCR, TV kabel, parabola, CD, satelit komunikasi, teleprinter, video text, laser vision dan alat-alat komunikasijarak jauh lainnya, (2) tumbuhnya industri media yang jaringannya tidak hanya bersifatnasional tetapi juga regional dan global, (3)ketergantungan terhadap situasi ekonomi dan politik global/ internasional khususnya dalam konteks "center periphery" (pusat dan pinggirannya), (4) semakin gencarnya kegiatan pembangunan ekonomi di seluruh negara, serta (5) semakin meluasnya proses demokratisasi (liberalisasi) ekonomi dan politik. Sebagai akibatnya, studi-studi komunikasi yang banyak dilakukan (khususnya di negara maju seperti AS) cenderung difokuskan pada proses dan dampak sosial penggunaan teknologi media komunikasi dan informasi, arus penyebaran dan pemusatan informasi regional dan global (misalnya "transborder data flow"), aspek-aspek politik dan ekonomi informasi, kompetisi antar industri media, dampak sosial dari teknologi interaktif seperti komputer, komunikasi manusia-mesin, dampak telekomunikasi terhadap hubungan antarbudaya, serta aspek-aspek yang menyangkut manajemen informasi. Pendekatan disiplin ilmu ekonomi mulai diterapkan, karena disadari bahwa informasi di masa sekarang ini merupakan komoditi yang mempunyai nilai tambah.
Memang ada beberapa tokoh utama dalam ilmu komunikasi yang mesti dikenang karena pengabdiannya badi perkembangan ilmu ini yaitu Harold D. Laswell (ahli ilmu politik), Paul F. Lazarsfeld (ahli sosiologi), Kurt Lewin dan Carl I. Hovland (keduanya ahli psikologi sosial) adalah empat tokoh yang berperan menempatkan ilmu komunikasi sebagai bagian ilmu sosial dan memajukan ilmu ini. Namun beberapa peneliti dan sejarawan berpendapat bahwa Schramm sendirilah yang harus dianggap sebagai pelopor dalam ilmu komunikasi (West & Turner, 2008: 32). Schramm berperan penting dalam menyusun program pendidikan ilmu komunikasi dan dialah yang mempelopori program doktor yang pertama dalam ilmu komunikasi. Selain lima tokoh ini, sebenarnya masih ada banyak lagi tokoh yang memberikan sumbangan penting dalam bidang komunikasi.
Sumber:
Yasir, 2009, Pengantar Ilmu Komunikasi, Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau, Pekanbaru, Hal. 19-26.
Daftar Referensi:
Effendy, Onong Uchjana, 2000, Ilmu , Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Sendjaja, S. Djuarsa, 2002, Pengantar Ilmu Komunikasi, Universitas Terbuka , Jakarta.
Sendjaja, S. Djuarsa, 2005, Paradigma Baru Pendidikan Ilmu Komunikasi di Indonesia, dalam jurnal Komunika, Vol. 8. 2005 Jakarta.
West, Richard & Lynn H. Turner, 2008, Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 1 dan 2, Penerjemah Maria Natalia Damayanti Maer, Salemba Humanika, Jakarta.
0 komentar
Posting Komentar