Bahasa Dalam Komunikasi

SHARE THIS

Share to:

Facebook Twitter

Bahasa Dalam Komunikasi

Bahasa Dalam Komunikasi - Bahasa merupakan faktor yang sangat penting dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa, kita tak dapat berkomunikasi. Dua jenis bahasa kita kenal dalam komunikasi, yaitu bahasa verbal dan bahasa nonverbal. Fungsi bahasa dalam komunikasi adalah untuk mengirimkan pesan. Bila pesan itu dikirim dengan bahasa verbal, itu berarti kita mengirim pesan secara verbal. Apabila pesan kita kirim melalui bahasa nonverbal, maka yang kita gunakan adalah cara nonverbal.

Bahasa merupakan institusi sosial. Bahasa ada karena manusia berinteraksi dalam kelompok-kelompok sosial. Sebagai institusi sosial, bahasa mencerminkan dan mempengaruhi masyarakat dimana bahsasa menjadi salah satu bagiannya. Bahasa adalah institusi sosial yang dirancang, dimodifikasi dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kultur dan subkultur yang terus menerus berubah. Karenanya, bahasa dari budaya atau subbudaya tertentu berbeda dengan budaya dan subbudaya yang lain.


Mengenai bahasa verbal, umumnya kita tidak pernah merasa kesulitan menggunakan kata-kata. Setiap hari kita berbicara dengan komunikasi baik dengan bertatap muka maupun dengan melalui media. Kita semua merasa telah terlatih sejak bayi untuk berbicara. Sejak kecil kita mengumpulkan kosa kata dan maknanya dalam memori kita. Dalam hal penggunaan bahasa ini, kita jarang menyadari bagaimana kita belajar berbahasa. bahkan mungkin tidak pernah kita bertanya, apakah bahasa itu? Jalaludin Rakhmat (1992: 268-269) menjelaskan bahwa ada dua cara untuk mendefinisikan bahasa. Pertama, definisi fungsional yang melihat bahasa sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially shared means for expressing ideas). Artinya bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk memakainya. Kedua, definisi formal yang menyatakan bahwa bahasa merupakan semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa. Misalnya kita menemukan kata-kata: harus, saya, belajar, pandai, supaya. Agar ada maknanya, kata-kata itu kita susun menurut tata bahasa yang berlaku, maka menjadi: Saya harus belajar supaya pandai. Setiap bahasa memiliki peraturan penyusunan bahasa (grammar) masing-masingnya. Bahasa Indonesia mempunyai tata bahasa yang berbeda dari Bahasa Inggris, Jerman, Spanyol dan lain sebagainya. Jika kita ingin bisa menghasilkan kalimat yang bermakna menurut suatu bahasa, maka kita harus menguasai tata bahasa yang bersangkutan.

Kapan orang dapat berbahasa, terutama bahasa ibunya? Tentunya anda tidak pernah menghapal satu persatu kata dalam bahasa itu untuk mengambil maknanya. Beberapa pendekatan menjelaskan tentang ini. Salah satunya psikologi telaj menjelaskan bahwa kemampuan orang berbahasa dengan Teori Belajar dari aliran Behaviorisme dan teori nativisme dari Noam Chomsky. Menurut teori belajar, anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga proses, yaitu asosiasi, imitasi dan pengetahuan. Asosiasi berarti melazimkan suatu bunyi dengan objek tertentu. Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang didengarya. Pengetahuan berarti ungkapan kegembiraan yang dinyatakan ketika anak mengucapkan kata-kata dengan benar. Misalnya, ketika anak kecil mengucapkan kata u-u (asosiasi), ibunya menganggap anak itu ingin minum dan mengatakan u-u sebagai tiruan dari kata minum (imitasi). Tentunya ibunya menanggapi dengan gembira mendengar anaknya mampu berbicara sehingga ia merangkul dan memeluknya (peneguhan). Demikianlah secara perlahan-lahan si anak melafalkan kata demi kata dan memahami maknanya sehingga ribuan kata dapat terkuasai seiring perkembangan anak tersebut.

Dalam hal ini, bahasa dapat dibayangkan sebagai kode atau sistem simbol, yang kita gunakan untuk membentuk pesan-pesan verbal kita. Kita dapat mendefinisikan bahasa sebagai sistem produktif yang dapat dialihkan dan terdiri atas simbol-simbol yang cepat lenyap (rapidly fading), bermakna bebas (arbitrary), serta ditransmisikan secara budaya (Devito, 1997: 119).

Bahasa bersifat produktif, terbuka dan kreatif. Artinya, pesan-pesan verbal kita merupakan gagasan-gagasan baru; setiap gagasan bersifat baru. Ketika kita berbicara, kita selalu menciptakan kalimat-kalimat baru. Begitu juga pemahaman kita atas pesan-pesan verbal selalu memunculkan pemikiran-pemikiran yang baru. Disamping itu, dimensi lain dari produktifitas adalah bahwa sistem pesan manusia memungkinkan menciptakan kata-kata baru. Karena bahasa kita mengenal pengalihan (displacement), kita dapat berbicara mengenai hal-hal yang jauh dari kita, baik dari segi tempat maupun waktu. Kita dapat berbicara tentang masa lalu dan masa depan semudah kita membicarakan tentang masa kini.

Jika karena bukan kebutuhan kita untuk mengkomunikasikan makna, bahasa tidak akan ada. Dari semua fungsi bahasa, komunikasi makna dari satu orang ke orang lain pastilah yang paling penting. Karena makna harus ditempatkan pada posisi sentral dalam setiap usaha untuk menjelaskan bahasa.

Sumber:
Yasir, 2009, Pengantar Ilmu Komunikasi, Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau, Pekanbaru. Hal 89-91.

Daftar Referensi:
Devito, Joseph A., 1997, Komunikasi Antar Manusia; Kuliah Dasar, Edisi Kelima, Penerj. Agus Maulana, Professional Books, Jakarta.

Rakhmat, Jalaludin, 1992, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Hi... I'm Martius, You can find more about me. Thanks for coming to my blog and hope you enjoy it.

0 komentar

Posting Komentar